LIPID KIMIA KLINIK
THANKS FOR : http://eldesimedis.blogspot.co.id/2013/06/makalah-kimia-klinik-lipid.html?showComment=1458663246793#c3224425424881114444
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lipid
adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen yang umumnya hidrofobik:
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Pengukuran lipid
serum yang paling relevan adalah kolesterol total, trigliserida, dan fraksional
kolesterol menjadi fraksi HDL dengan kalkulasi fraksi LDL kolesterol.
Kolesterol
adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi oleh hati dan
sangat diperlukan oleh tubuh, tetapi kolesterol berlebih akan menimbulkan
masalah terutama pada pembuluh darah jantung dan otak. Darah mengandung 80 %
kolesterol yang di produksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan.
Kolesterol yang diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu kolesterol HDL dan
kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein). Bila kolesterol LDL (High
Density Lipoprotein) jumlahnya berlebih,di dalam darah akan
diendapkan pada dinding pembuluh darah dan membentuk bekuan yang dapat
menyumbat pembulun darah,
sedangkan kolesterol HDL, mempunyai
fungsi membersihkan pembuluh darah dari kolesterol LDL yang berlebihan. Selain
itu ada Trigliserida yang terbentuk sebagai hasil dari metabolisme makanan yang
berbentuk lemak dan juga berbentuk karbohidrat dan protein yang berlebihan,
yang tidak seluruhnya dibutuhkan sebagai sumber energi.
(Siswono, 2006)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latarbelakang yang dikemukakan diatas didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut:
·
Apakah faktor-faktor yang
mempengaruhi profil lipid ?
·
Apakah resiko penyakit
yang disebabkan kelainan profil lipid ?
·
Bagaimana gejala klinis
dari kelainan tersebut ?
·
Bagaimana cara
pencegahannya ?
C. TUJUAN
Untuk
memenuhi tugas Kimia Klinik mengenai “Profil Lipid” dan mampu mengetahui dan
memahami pengetahuan yang berhubungan dengan profil lipid.
BAB
II
ISI
A. Profil Lipid
Lipid
adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen yang umumnya hidrofobik:
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Golongan-golongan
yang secara biologis penting adalah lemak netral, lipid terkonjugasi, dan
sterol. Lemak netral terdiri dari asam lemak (terutama oleat, linoleat,
stearat, arakidonat, dan palmitat) dalam bentuk trigliserida (yaitu, tiga
molekul asam lemak teresterifikasi menjadi satu molekul gliserol). Jaringan
adipose memiliki simpanan trigliserida yang berfungsi sebagai gudang lemak yang
segera dapat digunakan. Lipid terkonjugasi terbentuk dari pengikatan gugus
fosfat atau gula ke molekul lemak. Fosfolipid dan glikolipid ini merupakan
konstituen integral struktur dinding sel. Sterol juga berfungsi sebagai building blocks structural di sel dan
membrane serta sebagai konstituen hormone dan metabolit lain. Kolesterol adalah
sterol yang sangat penting secara biologis.
Karena
tidak larut dalam air, lipid memerlukan mekanisme pengangkutan khusus agar
bersirkulasi dalam darah. Asam lemak bebas hanya terdapat dalam jumlah kecil
didalam darah dan umumnya berikatan secara longgar dengan albumin.
Komponen-komponen lipid utama yang dijumpai dalam plasma adalah trigliserida,
kolesterol, dan fosfolipid. Ketiganya terdapat dan diangkut dalam darah sebagai
lipoprotein, suatu kompleks makromolekul yang sangat besar dari lipid dan
protein khusus (apolipoporotein)
yang membantu pengemasan, kelarutan, dan metabolism lemak.
Pengukuran
lipid serum yang paling relevan adalah kolesterol total, trigliserida, dan
fraksional kolesterol menjadi fraksi HDL dengan kalkulasi fraksi LDL
kolesterol. Selain itu, laboratorium klinik sekarang memiliki kemampuan untuk
mengukur apolipoprotein AI (apoAI) dan apolipopreotein B (apoB) dalam sampel serum. Asam lemak bebas
(FFA), yang juga disebut asam lemak nonesterifikasi (NEFA) dan fosfolipid
biasanya tidak diukur dalam serum kecuali pada kasus-kasus penyakit metabolic
tertentu.
Pengukuran
kolesterol total dahulu dilakukan dengan metode kimiawi kolorimetrik yang
memperlihatkan adanya interferensi dari zat-zat lain. Saat ini sebagian besar
metode kimiawi kolorimetrik yang memperlihatkan adanya interferensi dari
zat-zat lain. Saat ini sebagian besar metode kolesterol menggunakan enzim
kolesterol oksidase dan bersifat jauh lebih spesifik. Masalah teknis utama
dalam memastikan standardisasi antara berbagai pengukuran kolesterol adalah
ketidaklarutan relative kolesterol, yang membatasi ketersediaan zat ini untuk
reagen-reagen enzimatik selama periode analisis. Saat ini terdapat penekanan
untuk menciptakan standar kolesterol nasional yang disepakati oleh semua
laboratorium.
Trigliserida
diukur melalui pengeluaran asam-asam lemak secara hidrolitis diikuti oleh
kuantifikasi gliserol yang dibebaskan. Karena trigliserida dapat mengandung
berbagai asam lemak dalam campuran yang sulit diperkirakan (mungkin bergantng
pada makanan), penentuan trigliserida harus distandardisasi terhadap terhadap
suatu bahan tertentu yang mungkin berbeda komposisi rata-ratanya dari sampel
yang sedang dianalisis. Karena itu, perbandingan didasarkan pada kandungan
gliserol.
Fraksional
kolesterol semula didasrkan pada pemisahan secara ultrasentrifugasi berbagai
lipoprotein sesuai densitas masing-masing. Lemak murni memiliki densitas yang
lebih rendah daripada air; densitas lemak lebih rendah daripada protein; dan
densitas trigliserida lebih rendah daripada fosfolipid dan kolesterol.
Lipoprotein yang densitasnya paling rendah adalah lipoprotein dengan kandungan
trigliserida yang tertinggi. Kilomikron adalah lipoprotein sengan kandungan
trigliserida yang sangat tinggi dan berat jenis lebih rendah daripada plasma.
Kilomikron akan mengapung di bagian paling atas pada plasma di bawah kondisi
yang memungkinkan pemisahan lemak dari air (missal, pendinginan semalam).
Golongan lipoprotein paling padat berikutnya adalah VLDL, diikuti oleh LDL dan
HDL. Komposisi kategori-kategori lipoprotein utama disajikan dalam table
dibawah :
|
Trigliserida (%)
|
Kolesterol (%)
|
Fosfolipid (%)
|
Protein (%)
|
Mobilitas
Elektroforetik
|
Kilomikron
|
85-95
|
3-5
|
5-10
|
1-2
|
Tetap ditempat
|
Lipoprotein
densitas sangat rendah (VLDL)
|
60-70
|
10-15
|
10-15
|
10
|
Lipoprotein-α₂
Lipoprotein-pre-β
|
Lipoprotein
densitas rendah (LDL)
|
5-10
|
45
|
20-30
|
15-25
|
Lipoprotein-β
|
Lipoprotein
densitas tinggi (HDL)
|
Sangat sedikit
|
20
|
30
|
60
|
Lipoprotein-α1
|
Penampakan
serum setelah pendinginan selama 12 sampai 16 jam memberikan informasi cepat
dan bermanfaat mengenai kandungan kilomikron dan VLDL serum dengan trigliserida
berlebihan. Hal ini ini terlihat di gambar dibawah. Serum hiperlipemik yang
baru dipisahkan tampak seperti susu atau opalesen. Pada serum yang didinginkan,
kilomikron yang berlebihan akan mengapung di bagian atas, dan tampak seperti
suatu lapisan krim. Kekeruhan merata pada serum yang didinginkan mengisyaratkan
peningkatan kandungan VLDL. Dapat dijumpai beberapa pola yang berbeda;
kekeruhan uniform berarti peningkatan VLDL tanpa kilomikron yang signifikan;
“krim” diatas suatu specimen yang keruh berarti peningkatan kilomikron dan
VLDL; dan “krim” di atas specimen yang jernih berarti kilomikronemia tanpa
kelebihan VLDL.
Karena
ultrasentrifugasi bukan merupakan cara praktis untuk pemakaian laboratorium
klinik, diciptakan teknik-teknik alternative untuk memeriksa fraksionasi
kolesterol. Salah satu dari teknik tersebut adalah elektroforesis, yang
melakukan pemisahan sebagai berikut: kilomikron di tempat, LDL sebagai beta,
VLDL sebagai prabeta, dan HDL sebagai alfa.
(Sacher, dan Richard, 2004)
Pemeriksaan
kolesterol, ada 4 jenis kolesterol yang sering diperiksa, yakni kolesterol
total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida. Tes kolesterol darah
tidak dilakukan untuk mendiagnosis atau memantau penyakit. Kadar kolesterol
tinggi biasanya bukan pertanda bahwa seseorang memiliki penyakit tertentu,
tetapi mengindikasikan bahwa sesorang berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan
penyakit-penyakit kardiovaskuler. Tingkat kolesterol yang tinggi berkaitan
dengan risiko aterosklerosis, yang berisiko menyebabkan penyempitan atau
penyumbatan arteri di seluruh tubuh, sehingga memicu penyakit jantung, stroke
dan penyakit arteri perifer. Tes kolesterol adalah bagian dari upaya untuk
mencegah masalah-masalah tersebut, karena dengan mengetahui kadar kolesterol
dalam tubuh kita, memberikan sebuah new pressure untuk memperbaiki life style dan modifikasi lainnya.
Kolesterol diperoleh dari makanan
dan disintesis di dalam sebagian besar sel tubub. Kolesterol adalah komponen
membran sel dan precursor hormon steroid serta garam-garam empedu yang
digunakan untuk menyerap lemak. Konsentrasi kolesterol dalam darah yang tinggi,
terutama koleterol dalam partikel lipoprotein yang disebut lipoprotein densitas
rendah (low density lipoprotein, LDL),
berperan menyebabkan terbentuknya plak aterosklerotik. Plak-plak ini (endapan
lemak pada dinding arteri) dikaitkan dengan serangan jantung dan stroke. Kadar lemak
jenuh yang tinggi dalam makanan cenderung meningkatkan kadar kolesterol LDL
dalam darah dan berperan menyebabkan terbentuknya aterosklerosis.
(Marks,
2000)
kolesterol
Identifikasi
kolesterol dapat dilakukan menurut cara Salkowski dan cara Liebermann-Burchard.
Pada cara Salkowski, larutan kolesterol dalam kloroform digojok dengan asam
sulfat bervolume sama. Setelah lapisan kloroform yang berwarna kemerah-merahan
memisah, lapisan asam sulfat menunjukkan fluoresensi hijau.
Pada
cara Liebermann-Burchard, sedikit kolesterol dalam 2 mL kloroform ditambah 10
tetes anhidrida asam asetat dan 2 tetes asam sulfat pekat. Warna merah mawar
yang terbentuk segera berubah menjadi biru dan kemudian hijau. Intensitas warna
yang terbentuk bergantung pada jumlah kolesterol yang diperiksa. Berdasarkan
fakta ini, cara Liebermann-Burchard dapat dipakai untuk penentuan kadar
kolesterol secara kuantitatif.
Sifat-sifat
kimia kolesterol berkaitan dengan gugus hidroksil yang terikat pada atom C 3
(atom karbon sekunder) dan ikatan rangkap antara atom C 5 dan C 6.
Oksidasi
kolesterol dalam kondisi yang pantas akan membentuk kolestenon. Reaksi dengan
asam-asam lemak akan membentuk ester. Ester-ester semacam ini, banyak terdapat
dalam darah dan jaringan.
Hidrogenasi dapat menghilangkan
ikatan rangkap antara atom C 5 – C 6 sehingga membentuk dihidrokolesterol.
Selain itu, ikatan rangkap dapat menangkap halogen, misalnya iodium, sehingga
membentuk diiodokolesterol. Selain bersifat amfipatik, larutan kolesterol dapat
diendapkan dengan larutan digitonin.
Beberapa
peneliti melaporkan bahwa akumulasi kolesterol dalam pembuluh darah akan
bereaksi dengan lemak dan protein membentuk zat baru bermolekul besar. Zat baru
ini sukar keluar dari pembuluh darah dan melekat pada dinding kapiler darah.
Akibatnya, pembuluh darah tidak elastic lagi. Keadaan ini disebut
aterosklerosis.
(Sumardjo, 2008)
Makanan
yang kita makan setiap harinya dapat memengaruhi profil lipid darah. Profil
lipid yang baik ditunjukkan dengan kadar trigliserida yang rendah, serta HDL
yang tinggi. Meningkatnya kadar kolesterol darah akan memperburuk profil lipid
darah seseorang dan dapat meningkatkan faktor risiko munculnya penyakit
jantung. Individu yang banyak mengonsumsi gandum utuh, buah, sayur,
kacang-kacangan, dan biji-bijian seperti yang dilakukan oleh vegetarian akan
memiliki kemungkinan profil lipid darah yang lebih baik.
Asam
lemak jenuh dalam diet seorang vegetarian juga cenderung lebih rendah.
Sangatlah penting untuk membatasi asupan lemak jenuh. Sebab semkin banyak
mengonsumsi lemak jenuh, maka kadar kolesterol dalam darah praktis akan
meningkat.
Buah
dan sayuran (terutama sayuran berdaun hijau) menyimpan banyak vitamin dan
mineral seperti asam folat, magnesium, dan cooper.
Asam folat mampu menurunkan kadar homosistein dalam darah. Homosistein adalah
sejenis asam amino yang diproduksi tubuh. Menjaga kadar homosistein dalam darah
tetap rendah adalah hal yang penting karena kadar homosistein yang tinggi dapat
meningkatkan risiko sesorang menderita penyakit jantung. Sementara, mineral
seperti cooper/tembaga dan magnesium
yang banyak terdapat dalam bahan makanan nabati dapat mencegah penyakit
kardiovaskuler. Kedua mineral tersebut banyak terutama pada makanan nabati yang
utuh dan tidak diproses (misalnya roti gandum utuh atau whole-grain bread).
(Muhammad dan Prima, 2010)
B. Pemeriksaan Kadar
Kolesterol dalam Darah
Pemeriksaan kadar kolesterol dalam
darah mutlak dilakukan, terutama bagi penggemar makanan siap saji, memiliki
berat badan berlebih, dan merupakan seorang perokok. Dalam pemeriksaan
kolesterol, ada 4 jenis kolesterol yang sering diperiksa, yakni kolesterol
total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida.
a)
Kolesterol total dan HDL
HDL merupakan jenis kolesterol yang
berfungsi membawa seluruh kolesterol ke ‘pabrik’ pengolahan yakni hati. HDL
juga berfungsi membawa kolesterol yang telah diolah untuk didistribusikan ke
otak, jantung, dan seluruh organ tubuh yang lain. Oleh karena itu, HDL
dikatakan sebagai ‘kolesterol baik’. Jika mengonsumsi daging kambing atau telur
(mengandung kolesterol tinggi) maka setelah makanan itu tiba di usus dan
diserao oleh pembuluh darah, HDL akan bertugas mengikat zat-zat makanan
tersebut ke hati untuk diolah. Jika kadar HDL rendah maka akan banyak
kolesterol yang menempel pada pembuluh darah. Kejadian ini adalah cikal bakal
terjadinya tekanan darah tinggi karena banyak penyumbatan pada pembuluh darah.
b)
Kolesterol LDL
LDL merupakan kolesterol yang dapat
menyebabkan terjadinya penimbunan plak di dalam saluran pembuluh darah. LDL
mempunyai tugas yang berlawanan dengan HDL. Jika kadar LDL meninggi maka
diperkirakan banyak kolesterol yang berasal dari makanan yang tidak terangkut
ke hati. Hal ini disebabkan ulah LDL yang menahan kolesterol.
c)
Kolesterol trigliserida
Ini adalah kolesterol yang mengikat
trigliserida. Kadarnya yang tinggi menunjukkan banyak kolesterol jenis
trigliserida didalam darah.
Ketiga
kolesterol ini sering dinyatakan sebagai Kolesterol Total. Jika mempunyai
penyakit hipertensi dan kencing manis, aabila disetai dengan kenaikan salah
satu atau keseluruhan kolesterol maka akan beresiko untuk terjadinya
penyumbatan di dalam pembuluh darah. Penyakit yang akan timbul jika terjadi
sumbatan akibat kenaikan kolesterol adalah stroke.
(Bastiansyah,
2008)
Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan kolesterol pada usia remaja
sering kali dapat dipakai untuk meramalkan (prediktor) tingkat kolesterol pada
waktu dewasa. Hal ini tidaklah mengejutkan, bila dibandingkan dengan kasus
seperti kegemukan dan lain-lain. Kegemukan dan lain-lain. Kegemukan yang
terjadi pada anak yang masih kecil merupakan pertanda bahwa dia akan menjadi
gemuk pada usia dewasa nanti. Kebiasaan merokok biasanya dimulai pada waktu
sekolah menengah. Kebiasaan hidup seperti ini memberi pengaruh yang jelek pada
profil lemak, diantaranya konsentrasi tinggi akan total kolesterol,
trigliserida, LDL, dan HDL yang rendah.
Bila
pola hidup yang salah tersebut dikombinasikan dengan faktor-faktor genetik yang
bisa menyebabkan persoalan kolesterol, maka proses terbentuknya atherosclerosis sepertinya dipercepat
dan meningkatkan terjadinya kardiovaskuler pada usia dewasa. Dengan mengetahui
bahwa banyak dari sebab-sebab penyakit pada masa dewasa dapat dideteksi pada
usia anak-anak atau remaja, sehingga dapat memperbaikinya dengan memilih diit
dan nutrisi yang paling baik untuk anak-anak.
Makanan
yang kita makan setiap harinya dapat mempengaruhi profil lipid darah kita.
Profil lipid yang baik ditunjukkan dengan kadar trigliserida yang rendah,
kolesterol yang rendah, LDL yang rendah, serta HDL yang tinggi. Meningkatnya
kadar kolesterol darah akan memperburuk profil lipid seseorang dan dapat
meningkatkan faktor resiko munculnya penyakit jantung. Individu yang banyak
mengkonsumsi gandum utuh, buah, sayur, kacang-kacangan, dan biji-biji seperti
yang dilakukan oleh seorang vegetarian akan memiliki kemungkinan profil lipid
darah yang lebih baik.
(Muhammad dan Prima, 2010)
C. Hubungan Profil Lemak
dengan usia
Untuk
mengetahui berapa besar usia yang mempengaruhi profil lemak dalam darah, Cooper Clinic, di Dallas-USA, telah
meneliti sejumlah 2.000 orang laki-laki dan 589 orang perempuan sehat hasilnya
adalah :
Laki-laki
|
|||||
Umur (th)
|
<30
|
30-39
|
40-49
|
50-59
|
60+
|
Total kolesterol
HDL
LDL
% Lemak tubuh
|
179
43
136
18,1
|
191
42
149
22,0
|
205
43
162
23,5
|
208
43
165
23,8
|
208
44
164
23,0
|
Perempuan
|
|||||
Umur (th)
|
<30
|
30-39
|
40-49
|
50-59
|
60+
|
Total kolesterol
HDL
LDL
% Lemak tubuh
|
179
53
126
26
|
186
57
129
26
|
194
58
136
27
|
219
60
159
30
|
221
62
159
29
|
Dari
table diatas terlihat bahwa laki-laki mengalami kenaikan total dengan
bertambahnya usia, sedangkan HDL konstan dan LDL meningkat. Rasio total
kolesterol terhadap HDL juga meningkat. Angka-angka perubahan karena usia
antara laki-laki disbanding perempuan akan menunjukkan bahwa HDL bagi laki-laki
telatif tetap pada angka yang sama, sedangkan pada perempuan menunjukkan adanya
kenaikan, untuk total kolesterol dan LDL keduanya menunjukkan adanya kenaikan
dengan laju kecepatan yang sama.
Mengapa
kadar total kolesterol dan LDL naik ? Beberapa ahli berpendapat bahwa main tua
seseorang, makin berkurang kemampuan atau aktivitas reseptor LDL-nya. Hal ini
menyebabkan LDL dalam darah meningkat, sehingga risiko terjadinya atherosclerosis atau plak pada arteri
meningkat.
Lebih
lanjut, para peneliti menjelaskan bahwa kenaikan LDL tersebut juga dapat
disebabkan karena makin tua seseorang makin banyak yang menderita obesitas atau
persentase lemak tubuhnya naik. Karena itu, latihan aerobik yang teratur dan
optimal yang dapat mencegah kenaikan persentase lemak tubuh sangat dianjurkan
bagi mereka yang berusia muda, dan lebih-lebih untuk mereka yang menjelang tua.
(Soeharto, 2001)
D.
Penyakit
yang Berhubungan dengan Profil Lipid
1.
Ateriosklerosis dan Aterosklerosis
Ateriosklerosis
adalah penyakit arteri yang paling umum. Kondisi ini merupakan proses yang sama
dimana serat-serat otot dan lapisan endothelial dari dinding arteri yang kecil
serta arteriole menjadi meneba. Meskipun proses patologi dari ateriosklerosis
dan aterosklerosis berbeda, sangat jarang terjadi satu kondisi tanpa terjadi
kondisi lainnya. Istilahnya digunakan silih berganti. Aterosklerosis terutama
mengenai arteri yang besar diseluruh percabangan arteri dalam berbagai
tingkatan. Lesi besar, ateroma, adalah setempat dari bercak lemak dalam fibrosa
yang melapisi lumen pembuluh yang tersumbat secara perlahan. Bercak ini
terutama ditemukan pada aorta abdominalis, koroner, popliteal, dan arteri
karotis internal.
Ø Faktor-Faktor
Risiko
Tidak
ada faktor risiko tunggal sebagai penunjang utama; makin banyak jumlah faktor
risiko, makin besar kemungkinan berkembangnya penyakit.
1.
Diit tinggi lemak sangat
besar pengaruhnya
2.
Hipertensi
3.
Diabetes
4.
Merokok adalah salah satu
faktor risiko yang paling besar
5.
Obesitas, stress, dan
kurang olahraga
Ø Manifestasi
Klinis
Tergantung pada jaringan atau organ
yang terkena, missal : jantung, otak, pembuluh perifer.
Ø Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
tradisional dan ateriosklerosis tergantung pada modifikasi faktor risiko, pemberian
obat, dan tindakan keperawatan yang berhubungan dengan penyakit yang
diakibatkan. Beberapa teknik radiologi telah menunjukkan pentingnya hubungan
terapeutik dengan prosedur pembedahan, seperti angioplasti dan aterektomi
rotasional.
Penyakit
kardiovaskuler aterosklerotik ditemukan pada 80% populasi diatas usia 65tahun,
dan merupakan kondisi yang paling umum dari sistem arterial pada lansia.
2.
Aterosklerosis Koronar
Aterosklerosis koronaria (suatu bentuk ateriosklerosis)
ditandai dengan penumpukan substansi lemak dan jaringan fibrosa abnormal pada
dinding pembuluh. Penumpukan ini mengarah pada perubahan dalam struktur dan
fungsi, dan penurunan aliran darah ke miokardium. Penyebab kemungkinana
termasuk perubahan adalam metabolism lemak, koagulasi darah, dan sifat biofisik
dan biokimia dinding arteri. Aterosklerosis merupakan penyakit yang bersifat
progesif. Sifat progresif tersebut dapat memulih dan pada beberapa kasus dapat
memburuk.
Ø Manifestasi
Klinis
Diakibatkan
oleh penyempitan lumen arteri dan obstruksi darak ke miokardium.
1.
Nyeri dada
2.
Angina pektoris
3.
Infark miokardium
4.
Perubahan gambaran EKG,
aneurisme ventricular
5.
Disritmia, kematian
mendadak
Ø Faktor-Faktor
Risiko yang Dapat Dimodifikasi
1.
Perokok kretek
2.
Tekanan darah tinggi
3.
Kolesterol darah tinggi (hiperlipidemia)
4.
Hiperglikemia (diabetes
mellitus)
5.
Obesitas
6.
Ketidakaktifan fisik
7.
Penggunaan kontrasepsi
oral
8.
Pola perilaku (stress,
keagresifan, bermusuhan)
9.
Geografi: insiden lebih
tinggi pada region industrialisasi
Ø Faktor-Faktor
Risiko yang Tidak Dapat dimodifikasi
1.
Riwayat keluarga positif
2.
Peningkatan usia
3.
Jenis kelamin : terjadi
tiga kali lebih sering pada pria ketimbang wanita
4.
Ras (suku bangsa): insiden
lebih tinggi pada orang kulit hitam ketimbang kulit putih
Ø Pertimbangan
Gerontologi
Proses
penuaan menyebabkan perubahan dalam integritas lapisan dinding arteri
(ateriosklerosis), mengganggu aliran darah, dan nutrisi jaringan. Perubahan ini
seringkali sudah mencukupi untuk mengurangi oksigenasi dan meningkatkan
konsumsi oksigen (MVO2) miokardium. Akibatnya dapat mencetuskan
angina pectoris dan akhirnya terjadi gagal jantung kongestif.
(Baughman
dan JoAnn, 2000)
Dari
hasil penelitian telah diketahui kaitan yang erat antara komponen dalam
makanan, yakni kolesterol, lemak, asam lemak, karbohidrat, dan protein dengan
aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Komponen lipida, terutama
kolesterol dan trigliserida, mendapat perhatian yang paling banyak.
Kolesterol
adalah lipida structural (pembentukan struktur sel) yang tidak diperlukan di
dalam diet karena banyak disintesis di dalam tubuh. Lipida ini merupakan
komponen yang dibutuhkan dalam kebanyakan sel tubuh. Kolesterol digunakan oleh
banyak organism sebagai unsure structural dalam menbran dan sebagai bahan baku
untuk menyintesis garam empedu dan hormon-hormon steroida seperti aldosteron,
estrogen, testosterone, dan vitamin D. Karena ada kaitan yang erat antara
kolesterol darah dengan aterosklerosis dan penyakit jantung koroner, ada
tanggapan bahwa kolesterol adalah zat yang harus dihindari atau berbahaya.
Padahal, tanpa kolesterol manusia akan mati.
Tumbuhan
tidak mengandung kolesterol, tetapi menyintesis senyawa yang mirip kolesterol,
seperti sitosterol, ergosterol, dan digitalis. Sejumlah kecil kolesterol
diperoleh dari makanan. Kolesterol dalam diet diserap dengan baik (60-80%),
tetapi sterol nabati hanya sedikit diserap (<5%).
Kadar
kolesterol dalam darah tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan jumlah
kolesterol dalam diet. Pada keadaan normal, kadar kolesterol dalam darah
sekitar 200 mg per 100mL. diet dengan kadar kolesterol yang lebih rendah dari
normal tidak akan memengaruhi jumlah kolesterol dalam darah, mengingat tubuh
dapat menyintesisi kolesterol. Bahkan, tidak adanya kolesterol dalam makanan
akan merangsang biosintesis di dalam tubuh. Sebaliknya, jumlah kolesterol yang
tinggi dalam makanan mungkin tidak akan meningkatkan absorpsinya (jumlah
maksimum dapat diserap adalah 1g/hari). Tambahan lagi, kandungan kolesterol
yang tinggi dalam diet akan menghambat aktivitas enzim hydroxymethylglutaryl CoA reductase (HMG-CoA reductase) untuk menyintesis kolesterol dalam hati dan
usus.
Pada
keadaan normal, jumlah kolesterol yang terikat dalam LDL 2-3 kali lipat
kolesterol yang terikat dalam bentuk HDL. Maka, kadar LDL dalam darah menjadi
focus perhatian dan merupakan indikator yang lebih baik bagi risiko penyakit
jantung koroner dibandingkan dengan kadar kolesterol dalam darah. Kadar normal
LDL dalam darah sekitar 120mg/100 mL serum.
(Silalahi,
2006)
Terdapat
beberapa hipotesis mengenai apa yang pertama kali menyebabkan kerusakan sel
endotel, yang kemudian mencetuskan rangkaian proses kerusakan sel endotel.
Dapat dikatakan bahwa beberapa proses pencetus yang terlibat berbeda-beda pada
masing-masing individu.
1.
Kolesterol serum tinggi
2.
Tekanan darah tinggi
3.
Infeksi
4.
Kadar besi darah tinggi
5.
Kadar homosistein darah
Aterosklerosis
terjadi akibat disfungsi sel endotel yang melapisi arteri. Aterosklerosis
mengakibatkan reaksi inflamasi dan pada banyak kasus, menghasilkan radikal
bebas. Kerusakan dapat terjadi akibat cedera fisik, seperti hipertensi, atau
cedera kimia, seperti peningkatan LDL, pajanan logam berat, atau pajanan kimia.
(Corwin, 2009)
3. Dislipidemia dan
Aterosklerosis
Ø Definisi
Dislipidemia meliputi
perubahan-perubahan dalam profil lipid yang berhubungan dengan peningkatan
resiko aterosklerosis:
|
Diharapkan
|
Resiko batas
|
Resiko tinggi
|
Kolesterol
Total (mg/dL)
|
<200
|
200-239
|
≥240
|
Kolesterol
LDL (mg/dL)
|
<130
|
130-159
|
≥160
|
Kolesterol
HDL (mg/dL)
|
≥50
|
39-49
|
35
|
Rasio
LDL/HDL
|
|
|
>1,3
|
Trigliserida
(TG, mg/dL)
|
>250
(puasa) dianggap sebagai resiko kemungkinan
|
Aterosklerosis adalah penyakit
kronis yang ditandai dengan penebalan dan pengerasan dinding arteri. Lesi
mengandung deposit lipid dan mengalami klasifikasi, mengakibatkan obstruksi
pembuluh darah, agregasi trombosit, dan vasokontriksi abnormal.
Ø Epidemiologi
·
Hiperlipidemia
- Perkiraan
seluruh insident dislipidemia di Amerika Serikat berkisar dari 38% sampai 50%.
- Dislipidemia
relatif dengan perubahan dalam dinding vaskular biasa terjadi pada anak-anak di
Amerika Serikat.
- 1/500
orang menderita hiperkolesterolemia familial yang diketahui heterozigotik
maupun homozigotik.
- Terdapat
insidensi tinggi dislipidemia pada penderita diabetes, hipertensi, dan pada
orang Amerika keturunan Afrika.
- Penyebab
dislipidemia meliputi:
1. Hiperkolesterolemia
biasa (poligenik)
2. Hiperkolesterolemia
familial
3. Diet
tinggi lemak jenuh dan/atau kolesterol
4. Diabetes
5. Gagal
ginjal
6. Obat-obatan
7. Merokok
8. Hipotiroidisme
·
Aterosklerosis
- Penyakit
aterosklerosis koroner merupakan penyebab utama kematian di Amerika Serikat.
- Penyakit
aterosklerosis serebrovaskular merupakan penyebab utama stoke di Amerika
Serikat.
- Faktor
resiko dan kemungkinan mekanisme cedera untuk aterosklerosis meliputi:
1. Dislipidemia
a. Peningkatan
kolesterol total atau kolesterol LDL, terutama LDL kecil padat.
b. Penurunan
HDL, faktor resiko tunggal terpenting pada dislipidemia.
c. Peningkatan
trigliserida, terutama bila LDL juga rendah.
d. Peningkatan
lipoprotein, faktor risiko herediter yang diprediksi pada wanita.
2. Merokok
3. Hipertensi
4. Jenis
kelamin pria
5. Wanita
setelah monopause
6. Usia
>50
7. Diabetes
8. Peningkatan
fibrinogen serum
9. Peningkatan
homosistein serum
10. Diet
tinggi lemak, obesitas, gaya hidup nyaman (kurang gerak)
11. Riwayat
keluarga
12. Faktor
resiko “baru” yang sedang diselidiki termasuk protein C-reaktif, peningkatan
asam urat serum, antibodi antifosfolipid, adhesi molekul-1-interselular
terlarut, antibodi terhadap agen infeksi, dan endotoksin serum.
Ø Pemeriksaan
Arkus kornea, xantoma, tekanan
darah tinggi, bising abdomen, bising dan penurunan denyut nadi pada arteri di
ekstremitas, obesitas, bukti adanya gagal jantung kongestif, defisit neurologis
fokal.
Ø Diagnosis
Banding
- Dislipidemia
familial vs dislipidemia poligenik umum vs dislipidemia sekunder (gagal ginjal,
diabetes, diinduksi obat, hipotiroidisme).
- Hipertensi,
pertama sebagai faktor resiko, kedua akibat penyakit pembuluh darah ginjal
sebagai efek organ sasaran.
- Penyakit
jantung iskemik.
- Penyakit
serebrovaskular.
- Penyakit
pembuluh darah perifer.
Ø Pencegahan
- Semakin
banyak bukti bahwa aterosklerosis dimulai sejak masa kanak-kanak. Kebiasaan
diet yang baik dan olahraga serta pengontrolan berat badan harus dimulai sejak
dini dan dilanjutkan seumur hidup.
- Berhenti
merokok dan berolahraga berhubungan dengan peningkatan HDL.
- Pencarian
agresif dan penatalaksanaan faktor resiko seperti dislipidemia familial,
obesitas, hipertensi, dan diabetes sangat penting.
- Keputusan
untuk melaksanakan terapi diet atau dalam kombinasi dengan terapi farmakologis
didasarkan pada kadar dislipidemia dan ada atau tidaknya faktor resiko lain.
(Valentina L. Brashers., 2003)
4. Hiperkolesterolemia
Di Indonesia, angka kejadian hiperkolesterolemia penelitian MONICA
I (1988) sebesar 13.4 % untuk wanita dan 11,4 % untuk pria. Pada MONICA II
(1994) didapatkan meningkat menjadi 16,2 % untuk wanita dan 14 % pria.
Prevalensi hiperkolesterolemia masyarakat pedesaan, mencapai 200-248 mg/dL atau
mencapai 10,9 persen dari total populasi pada tahun 2004,. Penderita pada
generasi muda, yakni usia 25-34 tahun, mencapai 9,3 persen. Wanita menjadi
kelompok paling banyak menderita masalah ini, yakni 14,5 persen, atau hampir
dua kali lipat kelompok laki-laki.
Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam
darah (dislipidemia) yang mana kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240
mg/dl. (perkeni 2004). Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan kadar
kolesterol LDL di dalam darah. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid
yang ditandai peningkatan kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida di
atas nilai normal serta penurunan kolesterol HDL.
Klasifikasi dislipidemia menurut WHO
Fredrickson
|
Klasifikasi dislipidemia
|
Peningkatan lipoprotein
|
I
|
Kilomikron
|
|
IIa
|
Hiperkolesterolemia
|
LDL
|
IIb
|
Dislipidemia kombinasi
|
LDL + VLDL
|
III
|
Dislipidemia remnant
|
VLDL remnant + kilomikron
|
IV
|
Dislipidemia endogen
|
VLDL
|
V
|
Dislipidemia campuran
|
VLDL + kilomikron
|
Keterangan LDL = Low Density Lipoprotein
VLDL = Very Low Density Lipoprotein(Trigliserida)
Ø Penyebab Hiperkolesterolemia
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia.
Bisa disebabkan oleh faktor genetik seperti pada hiperkolesterolemia familial
dan hiperkoleterolemia poligenik, juga bisa disebabkan faktor sekunder akibat
dari penyakit lain seperti diabetes mellitus, sindroma nefrotik serta faktor kebiasaan
diet lemak jenuh (saturated fat), kegemukan dan kurang olahraga.
Ø Hiperkolesterolemia Poligenik
Tipe ini merupakan hiperkolesterolemia yang paling sering
ditemukan, merupakan interaksi antara kelainan genetik yang multipel, nutrisi
dan faktor-faktor lingkungan lainnya serta memiliki lebih dari satu dasar
metabolik. Penyakit ini biasanya tidak disertai dengan xantoma.
Ø Hiperkolesterolemia
Familial
Penyakit yang diturunkan ini terjadi akibatkan oleh adanya defek
gen pada reseptor LDL permukaan membran sel tubuh. Ketidakadaan reseptor ini
menyebabkan hati tidak bisa mengabsorpsi LDL. Karena mengganggap LDL tidak ada,
hati kemudian memproduksi VLDL yang banyak ke dalam plasma. Pada pasien dengan
Hiperkolesterolemia familial ditemukan kadar kolesterol total mencapai 600
sampai 1000 mg/dl atau 4 sampai 6 kali dari orang normal. Banyak pasien ini
meninggal sebelum berumur 20 tahun akibat infark miokard.
Ø Kebiasaan Diet lemak Jenuh, Kurang olahraga dan Kegemukan
Pada tubuh manusia, reseptor LDL menangkap LDL yang tidak
teroksidasi dan disimpan di dalam sel tubuh. Jika sudah berlebih, LDL tidak
masuk ke dalam sel kemudian dimetabolime di hepar untuk menjadi asam empedu dan
diekskresikan keluar. Pada proses patologi, oksidan LDL ditangkap oleh makrofag
dan kemudian menjadi sel busa dan menumpuk di dalam tubuh, tidak diekskresi dan
apabila menumpuk didalam pembuluh darah menimbulkan plak aterome dan
lama-kelamaan menjadi aterosklerosis.
Penelitian pada binatang yang ditingkatkan kadar serumnya
menunjukkan LDL memicu atrogenesis. Ada bentuk kelainan gen pada manusia yang
menyebabkan peningkatan LDL secara berat yang menimbulkan penyakit
kardiovaskuler pada usia muda. LDL menimbulkan penumpukan kolesterol pada
dinding arteri. LDL juga menyebabkan rangsangan inflamasi dani inflamasi pada
lesi aterogenik. Peningkatan LDL berhubungan dengan semua tingkatan aterogenik
yaitu disfungsi endotel, pembentukan dan pertumbuhan plak, ketidakstabilan plak
dan thrombosis.Peningkatan LDL plasma menyebabkan retensi partikel LDL pada dinding
arteri meningkat, oksidasi LDL dan pengeluaran zat-zat mediator inflamasi.
Terapi terhadap peningkatan LDL menunjukkan fungsi endotel koroner menjadi
normal.
Proses terjadinya aterosklerosis. Dimulai dari cedera pada
endotel pembuluh darah oleh karena faktor hipertensi, merokok, makan makanan
yang mengandung banyak lemak, oksidasi LDL, diabetes mellitus, zat vasoaktif
dan sitokin.
Ø Akibat Penyakit Lain
Berikut ini dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit lain :
Tabel 2. Penyebab Hiperkolesterolemia yang disebabkan oleh
penyakit
Penyakit penyebab
|
Kelainan lipid
|
Diabetes mellitus (DM)
|
|
Gagal ginjal kronis
|
|
Sindrom nefrotik
|
|
Hipotiroidisme
|
|
Penyalahgunaan alcohol
|
|
Kholestasis
|
|
Kehamilan
|
|
Obat-obatan (kontrasepsi oral, diuretic, beta bloker, kortikosteroid)
|
Peningkatan prevalensi Diabetes seiring dengan peningkatan faktor
risiko yaitu obesitas (kegemukan), kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi
serat, tinggi lemak, merokok, hiperkolesterol, hiperglikemia dan lain-lain.
Prevalensi faktor risiko DM dari 2001-2004 yaitu : obesitas dari 12,7% menjadi
18,3%. Hiperglikemia dari 7,9% menjadi 11,3% dan hiperkolesterol dari 6,5%
menjadi 12,9%. Diabetes berpotensi menyebabkan hiperkolesterolemia dengan
meningkatkan kadar kolesterol LDL.
Sindrom nefrotik adalah sindroma klinis yang ditandai dengan
adanya proteinuria, hipoalbunemia, edema dan hiperkolesterolemia. Patogenesis
terjadinya hiperkolesterolemia adalah kebocoran pada membrane basalis
glomerulus menyebabkan proteinuria sehingga terjadi hipoalbiminemia. Hipoalbuminemia
dikompensasi oleh hepar dengan memprodusksi kolesterol sehingga terjadi
hiperkolesterolemia. Terjadi hipoalbuminemia yang selanjutnya merangsang hepar
untuk memprodusksi kolesterol sehingga terjadi hiperkolesterolemi
5.
Diabetes
Melitus (DM)
Diabetes Melitus (DM)
adalah gangguan metabolisme yang heterogen, baik secara genetis maupun klinis
dengan gejala berupa kurangnya daya kesanggupan (toleransi) karbohidrat.
Penggolongan (Klasifikasi)
DM menurut WHO yaitu DM tipe 1, tipe 2, diabetes gestasional, diabetes tipe
khusus lain. Diabetes tipe 2 juga dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe non
independen insulin. Berbagai penelitian menunjukkan adanya kecenderungan angka
insiden dan prevalensi DM tipe 2 meningkat di berbagai penjuru dunia. World
Health Organization (WHO) meramalkan peningkatan jumlah penderita DM
pada tahun mendatang, khususnya di Indonesia. WHO meramalkan kenaikan jumlah
penderita dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi ± 21,3 juta pada tahun 2003.
Patogenesis DM tipe 2 didasari atas gangguan sekresi insulin oleh sel beta
pancreas dan gangguan kerja insulin akibat ketidakpekaan (insensitifitas)
jaringan sasaran (target) terhadap insulin.
Penyebab utama kematian
pada DM tipe 2 ialah penyakit jantung koroner atau PJK (± 80%).4–6 Angka
kematian akibat PJK di penderita DM tipe 2 dapat meningkat 2 sampai 4 kali
lebih banyak dibandingkan dengan yang non-diabetes karena lesi aterosklerosis
pada penderita DM tipe 2 proses perkembangannya lebih cepat. Salah satu faktor
risiko terjadinya PJK pada DM tipe 2 yaitu dislipidemi, yaitu gangguan
metabolisme lipid berupa peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida (TG),
low density lipoprotein (LDL), dan penurunan kadar high density
lipoprotein (HDL). Gambaran dislipidemi pada DM tipe 2 yang paling sering
ditemukan adalah peningkatan kadar TG dan penurunan kadar HDL. Walaupun kadar
LDL tidak selalu meningkat, tetapi partikel LDL akan mengalami penyesuaian
perubahan (modifikasi) menjadi bentuk kecil dan padat yang bersifat aterogenik.
(Josten et
al, 2006)
Penebalan dinding pembuluh darah otak yang berukuran besar dapat
di sebabkan oleh diabetes mellitus, penebalan ini akan berakibat terjadinya
penyempitan lumen pembuluh darah sehingga akan mengganggu aliran darah serebral
dengan akibat terjadinya iskemia dan infark. Tingginya gula darah sangat erat
hubungannya dengan obesitas,hipertensi, dan dislipid, gula darah yang meninggi
akan mengakibatkan kerusakan lapisan endotel pembuluh darah yang berlangsung
secara cepat dan progresif.
Dislipidemia pada diabetes ditandai dengan meningkatnya kadar
trigliserida dan menurunnya kadar HDL kolesterol. Kadar LDL kolesterol tidak
banyak berbeda dengan yang ditemukan pada individu non diabetes, namun lebih
didominasi oleh bentuk yang lebih kecil dan padat (small dense LDL). Partikel-partikel
LDL kecil padat ini secara intrinsik lebih bersifat aterogenik daripada
partikel-partikel LDL yang lebih besar. Selanjutnya, karena ukurannya yang
lebih kecil, kandungan didalam plasma lebih besar jumlahnya, sehingga lebih
meningkatkan risiko aterogenik. Trias dari abnormalitas profil lipid ini
dikenal dengan istilah “dislipidemia diabetik”.
Adanya dislipidemia diabetik, meningkatkan risiko Penyakit
Kardiovaskular dan keadaan ini ekivalen dengan kadar LDL kolesterol antara
150-220 mg/dl.Untuk memahami patofisiologi dislipidemia pada diabetes, perlu
diketahui perubahan perubahan komposisi lipoprotein yang dapat meningkatkan
sifat terogenisitasnya. Dalam pengamatan the Multiple Risk Factor
Intervention Trial mendapatkan bahwa mortalitas akibat Penyakit
Kardiovaskular diantara pasien diabetes mencapai 4 kali lebih tinggi daripada
individu non DM dengan kadar kolesterol serum yang sama. Selanjutnya, pasien
diabetes dengan kadar kolesterol serum terendah, mempunyai angka kematian yang
lebih tinggi dibandingkan kelompok individu non DM yang mempunyai kadar
kolesterol tertinggi. Meningkatnya sifat aterogenisitas ini disebabkan karena
adanya pengaruh proses glikosilasi, oksidasi dan tingginya kandungan
trigliserida didalam lipoprotein. Glikosilasi LDL akan meningkatkan waktu
paruhnya, sehingga bentuknya menjadi lebih kecil dan padat serta lebih bersifat
aterogenik. Bentuk ini lebih mudah mengalami oksidasi serta lebih mudah diambil
oleh makrofag untuk membentuk sel-sel busa (foam cells).
Glikosilasi HDL akan memperpendek waktu paruhnya dan membentuk lebih banyak
varian HDL3 yang kurang bersifat protektif dibandingkan varian HDL2. Kemampuan
HDL untuk mengangkut kolesterol dari jaringan perifer kembali ke hati mengalami
penurunan bila HDL banyak mengandung trigliserida. Perbaikan kendali glukosa
darah melalui perubahan gaya hidup atau dengan terapi insulin dan OHO dapat
menurunkan kadar trigliseridaa, meningkatkan kadar HDL, mengurangi glikosilasi
lipoprotein dan menurunkan kandungan trigliseridaa didalam lipoprotein.
(Soebroto, 2010)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah ini,
faktor-faktor yang mempengaruhi profil lipid bisa berasal dari genetik, usia,
pola hidup yang salah yang bisa menyebabkan persoalan kolesterol. Resiko yang
disebabkan oleh kelainan profil lipid sangatlah beragam seperti, kegemukan,
stroke, diabetes melitus, aterosklerosis, ateriosklerosis, hiperkolesterolemia,
dislipidemia, dan penyakit lainnya. Gejala-gejala yang ditimbulkan dari
kelainan ini beragam, diantaranya Arkus kornea, xantoma, tekanan darah tinggi,
bising abdomen, bising dan penurunan denyut nadi, obesitas, dan lain
sebagainya. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu memperbaiki pola hidup
seperti olah raga teratur, pola makan seimbang, istirahat yang cukup, dan
lain-lain.
B. SARAN
Dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dari penulis, diharapkan pembaca
mencari referensi lain untuk menambah pengetahuan tentang materi lipid.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri A, 2004,
Dislipidemia, Sebagai Faktor Resiko
Penyakit Jantung Koroner. e-USU
Reposito, Fakultas
Kedokteran Universitas, Sumatera Utara
Bastiansyah,
Eko, 2008, Panduan Lengkap:Membaca Hasil
Tes Kesehatan, Cetakan I, Penebar Plus, Jakarta, Hal:60-61
Baugman, Diane C. dan JoAnn C.
Hackley, 2000, Keperawatan Medikal-Bedah
: Buku Saku dari Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta, Hal:48, 58-59.
Corwin, Elizabeth J., 2009, Patofisiologi : Buku Saku, Edisi 3, EGC,
Jakarta, Hal:479-481
Josten, S.,
Mutmainnah dan Hardjoeno, 2006, Profil Lipid Penderita Diabetes Mellitus
Tipe 2P, Bagian Patologi Klinik FK- UNHAS-BLU
Kasim R., Antono D, Alwi I, Saharman L, Makmun LH, Pangabean
MM, dkk, 2002, Prosiding Simposium Holistic kardiovaskuler VII. Pusat Penerbit
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta
Marks, Dawn B., 2000,
Biokimia Kedokteran Dasar:Sebuah Pendekatan Klinis, EGC, Jakarta, Hal:14
Muhammad , Harry Freitag L, S. Gz., dan
Prima Oktaviana H, S. Gz., 2010, Bebas
Kanker Tanpa Daging, jogja Great, Yogyakarta
Sacher,
Ronald A., dan Richard A. McPherson, 2002, Tinjauan
Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta, Hal:300-306
Silalahi, 2006, Silalahi, Jansen, 2006, Makanan
Fungsional, Kanisius, Jakarta, Hal:87-90.
Siswono, 2006, Bahaya Dari Kolesterol Tinggi,
http://www.gizi.net/cgibin/ berita/fullnews.cgi?newsid997059568,35248
Soebroto, Linda, 2010, Hubungan Antara Kadar LDL Kolesterol Pada Penderita
Stroke di Rumah Sakit Dr. MOEWARDI Surakarta, Surakarta
Soeharto,
Iman, 2001, Kolesterol & Lemak Jahat,
Kolesterol & Lemak Baik, dan Proses terjadinya Serangan dan Stroke,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Hal:152-154
Soekidjo,
Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian
Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Sumardjo,
Damin, 2008, Pengantar Kimia:Buku Kuliah
Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta, EGC,
Jakarta, Hal:453-454
Valentina L. Brashers., 2003, Aplikasi Klinis Patofisiologi, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Komentar
Posting Komentar